Senin kemarin, saya diajak ikut mendampingi Ketua dan Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka kunjungan silaturakhmi ke Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Windiyatno yang didampingi Asintel Kolonel Inf Robinson Tallupadang, SIP, MH dan Waaster Letkol inf Mochammad Risqi.
Di ruang tamu Makodam, Panglima menerima dengan sangat familiar seolah kami sudah lama akrab. Padahal baru saja beberapa bulan beliau menjabat.
Pangdam ternyata punya banyak pengalaman berteman dengan wartawan dimanapun bertugas.
"Sering saya sampaikan kepada jajaran bahwa tugas Wartawan itu berat karena fungsinya mendidik", katanya.
Fakta, tambahnya, sarapan pagi sambil ngopi, kita sudah baca berita. Artinya, menambah wawasan. Belum lagi ketika wartawan berjuang di lapangan mencari, mengumpulkan bahan dan keterangan dalam rangka menyajikan berita fakta hasil investigasi.
"Kalau lagi asyik bekerja, kadang lupa makan. Ketika jadi Dandim saya siapkan ruang makan bersama di Markas", kisahnya.
"Lain.lagi waktu tugas di Tasik dan Cirebon saya bahkan sering jadi moderator ketika Wartawan turun ke Desa desa" tuturnya membuka perbincangan kepada Pengurus PWI yang dihadiri Faisal Palapa (Sekertaris), Ir.H. Abd Manaf Rahman (Wkl Ketua Bid Organisasi dan OKK), Arsyad Hakim (Wkl Ketua Bid Kerjasama) dan Rusli (Seksi Hankam).
Ketua PWI Sulsel H.Agus salim Alwi Hamu, memaparkan guna meningkatkan Kemitraan, PWI Sulsel menawarkan kerjasama dalam rangka mengawal berbagai program, khususnya peningkatan wawasan Wartawan pemula tentang bela negara.
Selain itu, disampaikan juga kepengurusan PWI Sulsel akan berakhir periodenya sekitar Februari 2026 yang akan diawali kegiatan Rapat Kerja anggota PWI se Sulsel dan mengharap kesediaan Pangdam sebagai 'Keynotespeak'.
Minggu terakhir Agustus ini, kata Agus Salim, Delegasi PWI Sulsel akan ikut Kongres Luar biasa PWI Pusat, di Kemdogi Cikarang.
Pangdam berharap hasil Kongres organisasi tertua dan terbesar ini mengedepankan kepentingan umum.
Dia juga mengajak Wartawan terus mengedukasi masyarakat turunkan angka balita stunting yang nantinya sebagai generasi pelanjut.
Orang Sulsel terkenal SDMnya. Jumlah Gubernur dan Menteri asal Sulsel cukup banyak di Indonesia. Tapi Ironis bila melihat angka stunting yang menonjol", jelasnya. Sambil menyarankan, wartawan agar
sering turun ke Desa tertinggal yang belum tersentuh infrastruktur.
Menurutnya, mungkin masih ada beberapa desa yang belum punya aliran listrik PLN.
Dia memberi contoh salahsatu desa yang dilihat langsung, dekat 'Highland' kota Malino.
"Saya miris lihat ada anak jalan kaki sekitar satu kilometer sambil membopong adiknya dua orang untuk belanja dengan uang di tangan seribu rupiah", tutur Pangdam yang mengaku sempat meneteskan airmata.
Menurut Pangdam yang sering turun ke Desa, banyak tantangan yang harus di kawal bersama wartawan agar program Pemerintah pusat betul betul bisa menyentuh sasaran. Termasuk harga standard gabah petani.
Dalam dialog, saya menambahkan pengalaman, mengapa masih ada desa tertinggal, karena mungkin 'Stakeholder' tak begitu dilibatkan dalam setiap kegiatan 'musyawarah' desa. Padahal ada Badan Pertimbangan Desa (BPD) yang dipilih penduduk sebagai mitra Kepala Desa yang fungsinya menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai Pengawas pembangunan di Desa. Beda di kota, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sangat aktif.
"In shaa Allah, kami akan masuk desa lagi bersama Babinsa, Jenderal", tambah saya berkisah ketika memimpin Wartawan Masuk Desa di kabupaten Pinrang jamannya Menpen Harmoko.
Ajakan ini disambut langsung Ketua PWI Sulsel untuk ditindakkanjuti.
"Siaap, kami akan laksanakan Jenderal, " kunci Ketua PWI ketika pamit.
Pangdam yang cukup ramah ternyata masih banyak berkisah di teras lantai atas ruang tamu Makodam ketika mengantar rombongan kami.
Terimakasih sambutan hangatnya. Semoga sehat dan sukses selalu, Jenderal. (AP)