Direktur Nurani Strategic Consulting Pengajar Ilmu Manajemen
MAKASSAR.WARTASULSEL.ID-Penyelenggaraan Pilkada masih berhitung beberapa bulan. KPU telah memutuskan Pilkada digelar serentak pada tanggal 27 November 2024 mendatang.
Namun gong laga seperti telah ditalu begitu cepat. Terutama pada sejumlah daerah dengan petahana yang tak lagi ikut bertarung, seperti di Kabupaten Soppeng.
Selama ini, faktor keikutsertaan incumbent atau petahana memang menjadi salah satu faktor mengapa Pilkada sebuah daerah menjadi tak menarik. Petahana masih dianggap masih sangat sulit ditumbangkan.
Tentu itu pandangan wajar karena sebagai petahana ia mengendalikan hampir semua faktor yang memengaruhi pilihan pemilih.
Lihatlah apa yang terjadi jelang Pilkada Soppeng pada tahun 2020 lalu. Petahana Andi Kaswadi Razak (AKAR) melaju tanpa pesaing hingga Pilkada Soppeng berjalan tanpa ada riak dan situasi panas apapun.
Maka, saat Bupati Andi Kaswadi Razak dipastikan tak lagi ikut berkompetisi di 2024, menjadi wajar jika kemudian Pilkada Soppeng berubah panas.
Tensi meninggi diakibatkan oleh bermunculannya asa baru dari sejumlah figur yang memang sejak lama menunggu kapan AKAR tak ikut lagi. Selama ini, ketokohan AKAR sangat mendalam di hati pemilih Soppeng sehingga sangat sulit ditandingi. Ia dianggap sangat sukses diperiode pertama dan hal itulah yang membuat dirinya melaju tanpa batu sandungan di Pilkada 2020.
Saya termasuk orang yang gembira dengan dibicarakannya Pilkada Soppeng 2024 lebih cepat. Banyak keuntungan dengan diapungkannya lebih pagi berbagai diskusi menuju Pilkada 2024. Hal yang pasti, dengan lebih cepat dibicarakan, maka rakyat Soppeng bisa punya ruang yang lebar dalam memilah dan menentukan siapa suksesor AKAR pilihannya.
Faktanya, hari ini kita sudah bisa mulai dengan jelas membaca figur-figur yang bermunculan itu. Siapa di antara mereka yang punya kompetensi, kapasitas dan kemauan yang tinggi untuk menjadi pemimpin Soppeng berikutnya.
Sebagai orang yang selama beberapa tahun ini ikut mengamati dan sesekali terlibat dalam 'cawe-cawe' perpolitikan di Soppeng, saya melihat sebenarnya tak akan sulit untuk menemukan siapa figur yang bakal menjadi pilihan mayoritas pemilih di Bumi Latemmamala ini.
Karakter pemilih di daerah lumbung beras ini relatif sangat liat dan loyal terhadap pilihan hatinya. Dalam dua kali Pilkada di 2015 dan 2020 plus Pemilu 2019, dimana lembaga kami Nurani Strategic Consulting terlibat langsung, pergeseran dukungan pemilih hingga sekira setahun sebelum Hari H pemungutan suara sangatlah kecil.
Maka, kami meyakini kondisi tersebut tetap akan terjadi jelang Pemilu 2024 dan terutama Pilkada 2024. Figur dengan pembicaraan positif paling dominan memasuki 2023 mendatang, punya peluang besar memenangkan pertarungan.
Saya mencoba sedikit memandu pembaca yang budiman untuk memprediksi siapa suksesor AKAR di 2024.Faktor ini berdasarkan karakter dominan pemilih di Soppeng yang telah kami amati dalam tujuh tahun terakhir.
Pertama, mayoritas pemilih Soppeng cenderung mencari figur yang dianggap terzalimi dan ditekan secara politik. Kondisi ini banyak terbentuk dari pembentukan opini media terhadap seorang figur yang dianggap terzalimi.
Opini ini akan terus membentuk pola bak bola salju dimana saat terus menggelinding akan berubah menjadi raksasa yang sulit lagi untuk ditumbangkan.
Kedua, mayoritas pemilih Soppeng cenderung gampang terbuai dengan performa seorang figur dari tampilan fisik, dianggap cerdas, bersih dan punya kharisma.
Duet fenomenal AKAR SUPER di Pilkada 2015 mengonfirmasi hal itu. Andi Kaswadi Razak mewakili figur yang dicintai pemilih dan sangat dikasihani sementara Supriansa mewakili tipikal dengan performa mantap karena dianggap cerdas, jago pidato, gagah dan bersih.
Dua karakter figur inilah yang paling dicari mayoritas pemilih di Soppeng saat ini. Jika dua karakter itu bertemu di Pilkada Soppeng 2024, maka peluang mendapat dukungan mayoritas pemilih sangatlah besar. (*)
*QMH.Dr. Nurmal Idrus, MM*
